Oleh: Santi Soekanto
Beberapa waktu lalu saya diwawancarai tertulis oleh sebuah majalah Islam tentang pengaruh TV pada perilaku anak. Ternyata, wawancara tak jadi dimuat J Daripada mubazir, lebih baik saya publikasikan di sini saja hehehehe...
BismillaahirRahmaanirRahiim
Apa alasan keluarga Ibu menolak televisi?
Sederhana saja, keluarga kami tidak merasa butuh televisi.
Setiap keluarga punya kebutuhan yang berbeda-beda.
Gambaran mudaharatnya seperti apa?
Banyaknya kemudharatan televisi berbanding lurus dengan bertambahnya hari. Masing-masing keluarga punya standar yang berbeda untuk menentukan apakah sesuatu itu mudharat atau tidak.
Buku dan penelitian yang memastikan keburukan pengaruh televisi sudah banyak sekali. Efek televisi itu memang tidak bisa dilihat dalam sehari. Namun Berbagai kasus kejahatan dan kemaksiyatan yang dipengaruhi televisi sepertinya masih kurang saja untuk kita.
Harus diakui, masih ada inovasi yang sehat dan positif, tetapi dalam kompetisi bisnis yang ketat, pengelola teve cenderung memilih inovasi yang lekas menghasilkan uang. Pada titik inilah nilai-nilai akhlaq apalagi aqidah bukan merupakan bahan pertimbangan.
Sejak kapan tidak punya teve diberlakukan di rumah Anda?
Sejak anak-anak bisa diajak berkomunikasi secara efektif. Tapi sejak kami menikah pun memang belum pernah punya teve. Lebih asyik ngobrol dan berdiskusi daripada menonton teve. Pernah kami dititipi teve oleh saudara, tapi kami bahkan tidak pernah mengeluarkannya dari kardusnya. Nggak minat aja.
Bagaimana reaksi anak-anak pada awalnya?
Keputusan untuk tidak punya teve diambil secara musyawarah. Kami duduk bersama, kami bicarakan: “Ini daftar keuntungan jika kita punya teve, ini daftar kerugian jika kita punya teve…. Sekarang, kita akan beli teve atau tidak?” Lalu mereka menjawab sendiri, untuk tidak usah beli teve. Jadi ini bukan keputusan sepihak orang tua.
Yang jelas, ketika si Kecil berusia 5 tahun dan ditanya, siapa orang yang paling bodoh di dunia? Dia akan menjawab, “Orang yang merokok”. Lalu siapa lagi? “Orang yang kebanyakan nonton teve”.
Apa nilai positif dari televisi?
Mungkin informasinya ya. Tapi hampir tidak ada informasi yang diberikan televisi yang tidak bisa diberikan juga oleh media lainnya, seperti internet, radio, koran, CD-ROM, VCD, majalah, buku. Jadi televisi bukan sesuatu yang tidak bisa tergantikan.
Apa gantinya televisi untuk mereka?
Pertama, orang tuanya. Saya dan suami sama-sama wartawan, kami tahu informasi mana yang mendukung cara-cara kami mendidik anak-anak, mana yang tidak. Kami berdua berusaha jadi media yang paling menghibur untuk kedua anak kami (suami saya adalah ayah terlucu dan paling “gila” sedunia). Mana ada televisi yang bisa diajak membicarakan hal-hal yang paling pribadi, khayalan, cita-cita, sambil dipeluk, dicium, digelitiki, ditunggangi seperti kuda-kudaan, dicubit, ditarik-tarik janggutnya, didengar degup jantungnya. Kami juga suka berdoa bersama mengeja cita-cita kami sambil menangis bercucuran air mata, lalu bersama-sama merancang program-program strategis keluarga yang menyenangkan. Apakah televisi bisa menggantikan ini?
Kedua, sebuah rumah mungil yang kami kontrak khusus untuk jadi perpustakaan dengan koleksi lebih dari 2000 judul buku, games, majalah, puzzle, poster. Anggota perpustakaan ini yang aktif sekitar 200 orang. Mereka datang silih berganti setiap hari, yang tak habis-habisnya bertukar cerita dengan anak-anak kami tentang sekolah, keluarga, dan bikin macam-macam lomba bersama. Apakah televisi bisa menggantikan ini?
Ketiga, seperangkat komputer multimedia. Alat ini bisa dijadikan alat bermain, belajar, menonton film-film bermutu (bukan film dan sinetron sampah yang banyak disuguhi televisi, dipotong-potong pula dengan iklan), mendengarkan musik dan nasyid, belajar mengarang, mengedit film, menjelajah internet, belajar desain grafis, menulis puisi dan banyak lagi. Dan itu semua dilakukan bersama sebagai sebuah tim yang hangat dan kompak. Apakah televisi bisa menggantikan ini?
Sederhananya begini deh. Untuk anak-anak kami, terlalu banyak hal lain yang lebih menyenangkan untuk dilakukan, daripada duduk memandangi sebuah kotak yang 80% suguhannya tidak relevan dengan kehidupan yang sedang kami bangun.
Apakah anak-anak tidak pernah mengeluh tentang teman-temannya yang membicarakan program televisi kesukaannya?
Alhamdulillah, tidak pernah. Mungkin karena teman-temannya yang datang ke rumah cenderung lebih senang ikut ngobrol tentang buku, film bermutu, dan semacamnya.
Apa anak-anak Anda tidak lari ke rumah tetangga untuk nonton teve?
Hehehe… yang ada, anak-anak tetangga pada lari ke rumah kami untuk membaca buku. Jangan lupa, jumlah anggota aktif perpustakaan itu sekitar 200-an orang.
Apa saja kegiatan Bapak dan Ibu saat ini di rumah sehingga bisa mengontrol anak-anak? Bagaimana jika tidak sedang berada di rumah?
Ngobrol dan bercengkerama dengan anak-anak itu menyenangkan. Jikalau bisa 24 jam bersama mereka akan kami lakukan. Saya dan suami malah sekarang mempersedikit keluar rumah.
Apa punya pengalaman buruk dengan televisi, khususnya terhadap anak-anak?
Cukuplah kita belajar dari pengalaman orang lain yang begitu banyak. Masakan kita menunggu hal-hal buruk langsung menimpa kita?
Bisakah ibu gambarkan kelebihan yang terlihat antara anak-anak Anda jika dibandingkan dengan anak lain yang maniak TV?
Sejujurnya saja, kami belum pernah membanding-bandingkan. Tapi kami terus bekerja keras agar anak-anak kami punya standar-standarnya sendiri dalam memandang kehidupan.
Seperti misalnya, remaja puteri yang bermanja-manja dengan teman lelakinya yang bukan muhrim itu bodoh. Perempuan cantik adalah perempuan yang menjaga kemuliaannya dengan akhlaq, kejujuran, keberanian, amanah, kerja keras, ketepatan waktu, dan kehendak untuk menolong orang yang kesusahan.
Suami yang baik adalah yang paling baik pada isteri dan anak-anaknya. Orang yang takut atau menyembah selain Allah itu bodoh. Musik yang tidak membawa hati pada kekhusyuan itu tidak berguna. Laki-laki Muslim yang tidak segera ke masjid begitu mendengar adzan itu menantang Allah, atau belum faham. Buku yang paling mengasyikkan dibaca adalah Al-Quran. Kisah yang paling menarik adalah kisah Nabi dan para sahabatnya. Jalan hidup itu hanya ada dua jenis, mulia karena menjalankan agama atau mati syahid.
Apakah teve bisa mendukung kita dalam membangun standar-standar ini? Kalau bisa, kami akan beli teve besok pagi.
No comments:
Post a Comment