Friday, March 19, 2010

Elly Risman: Mendidik Anak Di Era Layar

by: Andi Sri Suriati Amal




Alhamdulillah, senang sekali karena bisa hadir di pengajian WIATMI Rabu kemarin. Thanks to Mbak Dian yang ngasih infonya bahwa bu Elly Risman yang akan mengisi pengajian kali ini. Meskipun ini bukan pertama kalinya mengikuti ceramah parenting yang disampaikan oleh Bu Elly, tapi tetap saja ceramah beliau menyentak perasaan karena materi yang disampaikan bu Elly selalu dilengkapi dengan data-data yang komplit dan baru. Di bawah ini adalah catatan yang sempat saya ambil, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan. Semoga bermanfaat.

Dalam ceramahnya Bu Elly menyampaikan bahwa kebanyakan orang tua sekarang tidak siap menjadi orang tua, tidak siap dengan perkembangan teknologi dan dampaknya, tidak siap dengan tantangan hidup di era digital serta tidak mengerti tahapan perkembangan anak. Hal ini ditandai dengan semakin terbiasanya anak-anak di hadapan TV, internet, video games bahkan HP. Alasannya tentu agar anak tidak ketinggalan zaman dan dapat menggunakan teknologi yang terbaru.

Seperti yang banyak terjadi sekarang ini misalnya membebaskan anak memakai telepon genggam, alasannya agar memudahkan komunikasi. Sebagian bahkan membekali anaknya yang masih duduk di SD atau SMP dengan Blackberry. Maka dengan fasilitas internet yang ada, mereka pun dapat berselancar di dunia maya secara leluasa. Atau bermain game yang isinya kadang sangat tidak mendidik.


Meskipun alasan tersebut ada betulnya tapi lagi menurut beliau orang tua lebih sering tidak tahu kapan seharusnya anak dibolehkan memiliki HP, apa dampak peralatan yang diberikan kepada otak anak, dan kita sendiri gagap terhadap peralatan teknologi, serta selalu merasa aman seperti tidak terjadi apa-apa (aman terkendali). Sehingga sering kali orang tua dengan mudahnya memberikan semua itu ke tangan anak tanpa ‘ngomong-ngomong’. Maksudnya tanpa kesepakatan dengan anak-anak tentang apa-apa yang boleh dan tidak boleh anak-anak lakukan dengan teknologi yang ada di tangannya.



Padahal dengan perasaan aman terkendali itu orang tua sebenarnya telah menempatkan anak ke tepi jurang, ibaratnya oleng sedikit saja, anak itu akan terjun bebas menuju jurang yang terdalam. Akibatnya anak-anak mejadi pelaku seks komersial, korban perkosaan, seks antar saudara dll. Dan tanpa kita sadari orang tua juga telah membiarkan anak menjadi sasaran pertama tembak pornografi dan narkoba. Selain itu anak-anak juga terancam kerusakan otak permanen dan mudah terjatuh ke sekte-sekte sesat selain pornografi dan narkoba. Kasus yang terbaru misalnya anak remaja lari dengan pacar virtualnya serta pemerkosaan lewat misscall, yaitu berpura-pura seperti salah sambung selanjutnya ngajakin kenalan, minta alamat dan berujung pada kasus perkosaan.

Ibaratnya diterjang sunami, begitulah keadaan anak-anak kita sekarang ini. Komik, film, games, TV, internet hingga HP semakin canggih dan dengan intensitas tinggi mempengaruhi perkembangan anak dan remaja kita. Karena itu sebagai orang tua yang bijak kita seharusnya dapat mengikuti dan mengetahui perkembangan serta pergaulan anak serta tahu perkembangan teknologi yang digunakannya. Untuk itu para orangtua diharapkan bisa mengenali lebih dekat tentang apa saja yang menjadi tontonan anak dan juga games yang mereka mainkan.

Tidak dipungkiri bahwa perkembangan teknologi tersebut memberikan sumbangan positif kepada kita, tapi jangan lupa efek negatifnya juga cukup banyak. Dalam hal ini bu Elly memberikan contoh dampak negatif permainan game yaitu dapat menyebabkan addiksi pada game, malnutrisi, osteophorosis dan kolesterol tinggi. Selain itu games juga mempunyai dampak negatif tidak saja bagi otak juga fisik anak yaitu membuat anak menderita RSI (repetitive strain injury), yakni berupa radang jari tangan/sindrom vibrasi lengan serta nyeri tulang belakang. Hal ini akan berkembang menjadi kecacatan. Selain itu efek sinar biru yang dipantulkan layar monitor akan mengikir lutein pada retina mata yang akan berakibat degenerasi makula yaitu memandang dua objek menjadi terlihat satu objek.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa ada agenda ‘penjahat’ yang memang dengan sengaja menjadikan anak-anak kita sebagai sasaran utama tembak pornografi dan narkoba. Tujuan mereka yang pertama yaitu agar anak-anak kita memiliki mental model atau perpustakaan porno di kepalanya yang dengan mudah diakses kapan saja. Hal ini dapat menyebabkan anak mengalami ejakulasi atau mimpi basah tidak hanya pada saat tidur tapi bisa terjadi berulang-ulang tidak kira pagi, siang ataupun malam. Dan menurut penelitian jika anak-anak telah mengalami mimpi basah antara 33 – 36 kali maka bisa dipastikan anak tersebut akan mengalami addiksi pada pornografi. Kedua, menjadi pasar masa depan, pembeli utama produk-produk ‘setan’ tersebut. Dan yang ketiga adalah pengrusakan otak secara pemanen.

Lantas bagaimana peran orang tua dalam menangkal ancaman ‘penjahat’ tersebut? Dalam hal ini Bu Elly menyarankan agar orang tua mengikuti perkembangan teknologi, tidak latah, dan yang terpenting adalah memperbaiki komunikasi dengan anak serta kesepakatan suami istri dalam menjalankan pengasuhan bersama.

 
Selain itu orang tua juga perlu menanamkan tiga hal penting ke dalam diri anak. Yaitu, pertama hadirkan Allah dalam diri anak. Seperti menyampaikan pesan-pesan Allah dalam Al-Qur’an semisal pesan agar menahan pandangan dan perasaan serta perintah untuk menjauhi zina. Kedua, membangun konsep diri/harga diri yang baik dan tangguh kepada anak. Bahwa diri anak sangat berharga, jadi seyogyanya mereka menjaganya dengan baik dan tidak mudah disentuh begitu saja oleh orang lain. Dan yang ketiga adalah mengajarkan anak agar selalu berpikir kritis (critical thinking) sehingga tidak mudah dipengaruhi atau diajak ke hal-hal negatif.


Terakhir sekali Bu Elly mengingatkan kepada semua orang tua agar senantiasa waspada karena setiap orang kelak akan diminta pertanggung jawaban (dihisap) atas yang dipimpinnya dan beliau juga mengutip surah An-Nisa ayat 9 yang artinya:

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

No comments: